Senin, 21 Maret 2011

Kunjungan Jak Online Ke Legenda Persija #3 & #16

Monday, 21 March 2011
Berawal dari ide salah seorang Crew Jak Online, Gerry yang memang concern tidak hanya pada team Persija Jakarta (senior) tetapi juga ke Persija U-21, kompetisi internal Persija dan seputar sejarah Persija Jakarta, Jak Online merencanakan untuk melakukan kunjungan ke beberapa legenda pemain Persija yang pada tahun-tahun sebelumnya pernah memperkuat team Persija Jakarta untuk bersilaturahmi dengan mereka sekaligus menggali cerita-cerita menarik seputar Persija Jakarta dimasa-masa lampau yang tentunya sangat menarik untuk dapat dinikmati sebagai nostalgia Persija bagi siapapun yang mencintai Persija Jakarta saat ini, kunjungan ini juga sekaligus merupakan komitmen Jak Online untuk terus menggali informasi seputar Persija Jakarta di masa lalu sebagai bagian dari sejarah panjang team Persija Jakarta.



Team Persija Jakarta Era 1986 Masih Dengan Seragam Jersey Berwarna Merah - Foto By Eddy Sofyan. atas ki-ka: agus waluyo,didi dharmadi,azhary rangkuti,patar tambunan,adhityo dharmadi,budiman yunus bawah ki-ka: kamarudin betay,tonny tanamal,daniel siley,tiastano taufik,hery latief

Untuk kunjungan perdana kali ini Jak Online menetapkan untuk dapat berkunjung ke salah satu legenda Persija di era tahun 1986-1994 yang saat itu bermain di posisi Libero sekaligus pemegang ban kapten Persija dengan nomor punggung 3, Om Tonny Tanamal, begitu kami menyebutnya yang telah disepakati akan dilangsungkan pada hari Minggu, 20 Maret 2011, setibanya disana Jak Online langsung disambut hangat oleh Om Tonny di rumahnya yang sangat rindang dengan aneka pepohonan yang tumbuh disekeliling rumahnya yang merupakan “komplek” dari beberapa rumah yang cukup luas milik keluarga dari istri Om Tonny, rumah Om Tonny letaknya bersebelahan dengan rumah Om Budiman Yunus yang juga pernah memperkuat Persija Jakarta di era tahun 1987 hingga tahun 1992.



Aksi Tonny Tanamal (3) Saat Berjumpa Persib Tahun 1987 - Foto By Eddy Sofyan

Suasana silaturahmi sendiri berjalan cukup hangat dan akrab dalam obrolan seputar kiprah om Tonny sewaktu dulu masih memperkuat Persija Jakarta, mulai dari awalnya Om Tonny suka bermain sepakbola semasa kecil di pantai Ambon, seleksi masuk ke Persija Jakarta, hingga suka duka Om Tonny bermain di Persija Jakarta, Om Tonny sendiri hanya bermain di Persija Jakarta dari tahun 1986 hingga 1994 dan setelah itu menggantungkan sepatunya karena sudah harus berkonsentrasi untuk bekerja hingga saat ini di Jamsostek Purwakarta, Jawa Barat. Om Tonny sendiri memang lahir di Ambon 48 tahun yang lalu dengan nama Tjong Tan yang memang terlahir dari keturunan Tionghoa yang kala itu sering bermain sepakbola dipinggir pantai di kota Ambon bersama rekan-rekan sebayanya dan bergabung di klub sepakbola lokal di Ambon yang bernama PS. Bintang Timur yang kabarnya masih ada saat ini di Ambon, pada tahun 1982 Om Tonny hijrah ke Jakarta dan pada tahun 1986 setelah mengikuti seleksi masuk, Om Tonny mulai bergabung ke Persija Jakarta, setelah satu musim bergabung di Persija, Om Tonny mulai memegang jabatan kapten di team Persija hingga 1994, disela-sela obrolan santai, Jak Online juga ditunjukkan beberapa album foto kenangan saat Om Tony memperkuat Persija & PSSI Garuda 1 sebagai pengantar cerita-cerita nostalgia Om Tonny saat masih memperkuat Team Persija Jakarta..


[SONY DSC] Suasana Silaturahmi Berlangsung Dengan Akrab

Dari obrolan santai dengan Om Tonny, juga terungkap seputar rivalitas Persija Jakarta dan Persib Bandung yang ternyata sudah ada sejak Om Tonny bermain di Persija pada tahun 80an waktu itu, dimana jika Persija bermain di Bandung selalu saja bus yang membawa pemain Persija rusak berat dihujani batu oleh supporter Persib, tak jarang pula team Persija menggunakan kendaraan Panser saat menuju stadion Siliwangi, sementara jika Persib bermain di Jakarta, para pemain Persib aman-aman saja dan didukung oleh supporter Persib yang memadati isi stadion Jakarta karena memang Persija saat itu belumlah memiliki supporter yang militan seperti sekarang ini, sehingga supporter Persib tampak leluasa datang berbondong-bondong ke Jakarta yang ternyata kala itu merupakan pancingan dari pihak Panpel Persija sendiri untuk masyarakat Jawa Barat agar dapat hadir ke Jakarta dan memenuhi stadion, sehingga pihak Panpel akan meraup untung dari hasil penjualan tiket, “Dulu sengaja pihak Panpel Persija membuat banyak spanduk dengan bahasa sunda yang disebar keberbagai kota besar di Jawa Barat untuk melakukan propaganda bernada balas dendam atas kekalahan Persib di Bandung atas Persija untuk dapat hadir beramai-ramai ke Jakarta mendukung Persib, karena sepanjang saya bermain di Persija, Persib tidak pernah menang atas Persija jika bermain di Bandung.. propaganda inipun berhasil dengan selalu penuhnya stadion di Jakarta oleh supporter asal Jawa Barat saat Persib bertemu Persija sebagai responds spanduk-spanduk itu tadi.” Demikian cerita Om Tonny, lanjutnya kala itu jika Persija bermain di Bandung, maka mobil-mobil dengan plat B (Jakarta) selalu menjadi sasaran intimidasi oleh supporter setempat yang ternyata tidak jauh berbeda dengan kondisi sekarang ini.


[SONY DSC] Kenang-Kenangan Dari Jak Online Untuk Tonny Tanamal (Kiri) & Budiman Yunus (Kanan)

Saat ditanya Jak Online seputar motivasi Om Tonny bergabung di Persija kala itu, Om Tonny dengan tersenyum mengatakan bahwa dijaman pada waktu itu seorang pemain sepakbola yang dapat masuk ke Persija adalah sebuah kebanggaan tersendiri karena memang Persija sudah dikenal merupakan team yang selalu dihuni oleh pemain-pemain bintang nasional, sehingga siapapun yang bisa bermain di Persija waktu itu dapat dengan mudah mencari pekerjaan karena referensi sebagai pemain Persija sangat membantu para pemain untuk dapat diterima bekerja di berbagai perusahaan di Jakarta, Om Budiman yunus yang turut bergabung juga dalam obrolan ini menambahkan, bahwa kala itu juga ada pameo yang menyatakan boleh kalah dengan team manapun, asal jangan kalah dari Persija, hal inilah yang membuat partai-partai Persija dengan team daerah selalu disambut antusias di setiap Persija bermain tandang dengan membeludaknya animo masyarakat setempat untuk menyaksikan di stadion, hal yang juga hampir sama untuk kondisi sekarang ini, “dulu waktu saya masih tinggal di Aceh dan mengikuti POPSI (Pekan Olah Raga Antar Propinsi) pernah mendapatkan doktrin dari pimpinan rombongan yang menyatakan target kita bukanlah ke final dan juara, tetapi bisa mengalahkan Jakarta saja sudah lebih dari cukup, dan jika bisa mengalahkan Jakarta, kita dijanjikan pulang ke Aceh menggunakan Pesawat yang membuat seluruh team menjadi bersemangat untuk mengalahkan Jakarta, hal inilah yang membuat saya juga penasaran untuk bisa masuk ke Persija dan bersyukur pada akhirnya saya bisa masuk ke Persija” begitulah tambah Om Budiman Yunus yang saat bermain di Persija menggunakan nomor punggung 16 di posisi kanan luar (Gelandang) yang harus berhenti di tahun 1992 akibat cedera.


[SONY DSC] Jak Online Bersama Tonny Tanamal & Budiman Yunus

Ditambahkan lagi bahwa kala itu impian banyak pemain sepakbola yang ingin bergabung ke Persija bukanlah karena materi, karena memang saat itu pemain sepakbola belumlah mengenal sistim gaji seperti sekarang ini, “dulu saat masih di Persija, saya hanya diberikan uang transport sebesar Rp. 10,000.- dalam setiap latihan, frekwensi latihan biasanya seminggu 3 kali dan biasanya akan meningkat frekwensinya menjelang pertandingan, tidak ada gaji, hanya bonus saja jika kita bisa memenangkan pertandingan, besarnya bonus tergantung dari siapa lawannya karena akan bergantung pada pemasukan Panpel pada penjualan tiket pertandingan” begitu kenang Om Tonny yang juga tinggal sebagai penghuni tetap di mess Persija stadion Menteng Jakarta Pusat bersama Kamaruddin Betay hingga tahun 1990 setelah menikah dan pindah rumah ke kawasan Kebon Jeruk hingga saat ini. Hal menarik lainnya seputar cerita Om Tonny saat dirinya terpilih untuk masuk kedalam squad team PSSI Garuda 1 dimana setiap pemain diharuskan mengikuti pendidikan militer untuk memupuk rasa cinta tanah air sebelum bertandinga di arena internasional membela nama Indonesia, hal yang patut diterapkan saat ini rasanya, dimana masih segar ingatan kita saat kejuaraan AFF 2010 yang lalu, seorang Irfan Bachdim yang turut membela Tim Nasional Indonesia ternyata tidak hafal lagu Indonesia Raya.(JO)

sumber: www.jakmania.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar