Polda Metro Jaya merasa kecolongan tatkala sejumlah suporter Indonesia membawa dan membakar petasan dan kembang api ke dalam Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (6/9/2011) malam.
Ulah suporter itu mengakibatkan terhentinya laga Indonesia melawan Bahrain pada menit ke-75. Pengawas dari FIFA sempat memprotes kejadian ini hingga meminta pertandingan dihentikan selama sekitar 15 menit. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun marah dan memutuskan meninggalkan stadion sebelum laga dilanjutkan kembali.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar mengakui bahwa pihaknya kecolongan dalam partai tadi malam. "Boleh saja dibilang kecolongan. Masa kami harus bilang kalau tidak ada petasan, faktanya ada di gambar-gambar. Faktanya ada barang itu masuk ke dalam," kata Baharudin, Rabu (7/9/2011) di Polda Metro Jaya.
Ia mengatakan, banyaknya petasan, mercon, dan kembang api yang lepas dari pengawasan polisi itu terjadi karena adanya peluang dalam antrean masuk penonton. Baharudin memprediksi banyak penonton yang membawa barang-barang terlarang itu dengan memanfaatkan sela-sela jeruji besi di pintu masuk stadion.
"Di setiap pintu itu ada pemeriksaan. Tapi karena ada sela di antara jeruji besi itulah yang sudah lepas dari pemeriksaan. Mereka memasukkannya dari situ dengan cara memberikan ke teman lain yang sudah diperiksa," tutur Baharudin.
Setidaknya ada 20 orang polisi dan panitia penyelenggara yang berjaga di tiap pintu masuk dan melakukan penggeledahan barang bawaan. Pengawasan terhadap suporter sudah dilakukan dari luar stadion.
"Dari ring 3 (menuju stadion), kami lakukan pengawasan secara kasat mata kalau ada yang bawa kayu. Di ring 2 (pintu masuk stadion) sudah dilakukan pemeriksaan bawaan. Namun itu tadi, akses barang itu masuk tetap ada," kata Baharudin.
Baharudin mengatakan, pengamanan di dalam stadion sudah diperketat. Polisi telah menyebar aparat reserse berseragam sipil untuk membaur dengan penonton. "Sudah ada yang kami tangkap. Namun, memang tidak bisa semuanya karena personel kami terbatas," ujarnya.
Dengan jumlah personel sebanyak 2.100 orang, Baharudin mengakui aparat tidak akan bisa mengamankan seluruh pergerakan dari 80.000 penonton yang hadir. Menurutnya, polisi lebih memprioritaskan penekanan jatuhnya korban jiwa.
"Gangguan pasti ada saja, yang utama adalah mengamankan nyawa. Dari 2.100 ini bisa mengamankan 80.000 orang tanpa korban jiwa adalah prestasi luar biasa," kata Baharudin.
Polisi tidak dapat menangkap langsug pelaku atau peledak petasan, mercon, dan kembang api adalah karena tidak adanya barang bukti yang ditemukan. Saat polisi mendekati penonton, kata Baharudin, belum tentu petasan atau kembang api itu masih dibawa oleh pelaku.
Ia menegaskan, hal paling utama untuk meniadakan kasus tersebut adalah pencegahan. Ini bukan hanya menjadi tanggung jawab polisi, tetapi juga panitia penyelenggara. "Jangan main salahkan siapa-siapa. Panitia penyelenggara juga harus merasa ada yang perlu diperbaiki terutama jeruji besi. Kami juga lakukan evaluasi," ucap Baharudin.
Panitia penyelenggara sudah berkomitmen akan menutup sela-sela di jeruji besi pintu masuk dalam pertandingan selanjutnya. "Mereka bilang akan menutup karena itu yang akan sangat membantu tugas pengawasan polisi," kata Baharudin.
sumber: kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar